Sabtu, 03 September 2016

Berkenalan dengan Si Pemilik Sayap Manis, Rengganis

Bila mendengar nama "Rengganis" hal pertama yang akan terlintas dibenak kita yaitu "Nama Sebuah Puncak Manis di Argopuro" namun apakah kalian tahu kalau ada juga burung yang bernama Rengganis.
Rengganis atau dikenal juga dengan nama burung Cucak Rawis ini masih termasuk kedalam keluarga cucak-cucakkan (Pycnonotidae), dengan genus (Pycnonotus). Memiliki ukuran tubuh 20-21 cm, warna punggung pada alis matanya berwarna orange bergaris, dada sampai dengan perut putih pucat. Status dari burung ini yaitu LC (Least Concern/berisiko rendah).
Burung ini sampai kini masih menjadi perdebatan para pengamat burung di Indonesia. Berdasarkan penelitian serta buku panduan burung Wallacea, burung ini tidak tercatat di pulau lombok khususnya Rinjani. Namun kenyataannya burung ini banyak terdapat di seluruh kawasan TNGR yang mendiami dataran tinggi baik habitat terbuka maupun tertutup. Burung ini merupakan burung pemakan segala, baik itu buah, ulat maupun serangga.
aAda tiga sub-spesies burung ini, dengan persebaran yg berbeda, yaitu :
1. Pycnonotus bimaculatus bimaculatus (Horsfield, 1821) : habitatnya di wilayah barat daya Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah
2. Pycnonotus bimaculatus snouckaerti (Siebers, 1928) : habitatnya di wilayahnya barat laut sumatera
3. Pycnonotus bimaculatus tenggerensis (Van Oort, 1911) : Habitat di Jawa Timur.
Ras Bimaculatus
Ras Tenggerrensis

Sumber : Kementerian Kehutanan. 2013. Burung Jalur Pendakian TNGR. Mataram. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

Jumat, 08 Januari 2016

Secuil Kisah Argopuro dan LPH V

Mendaki gunung sepertinya sudah umum dan wajar ya untuk sekarang ini. Sekarang tidak perlu mengikuti diklatsar di sebuah organisasi pencinta alam untuk dapat mendaki gunung. Cukup berbekal uang, karena sekarang banyak toko yang memfasilitasi para pecandu ketinggian dengan menyewakan alat-alat outdoor. Namun sepertinya masih belum umum kalau mendaki tetapi bersifat konservasi atau melakukan hal yang dirasa gak penting oleh banyak orang namun sebenarnya berpengaruh besar bagi banyak orang, seperti pengamatan burung. Begitu pula dengan mendaki Pegunungan hyang, Argopuro.

Yang umum saat ini yaitu membuat vandalisme di ketinggian sana dengan cara menulis nama kita diatas batu, dipohon atau dipos-pos pendakian, agar dibaca banyak orang yang sebenarnya akan menimbulkan sebuah umpatan bahkan sumpah serapah dari orang-orang yang membacanya. Sebenarnya kalau ingin membuat vandalisme yang lebih keren daripada sekedar menuliskan nama di batu ataupun pohon bahkan di pos-pos diketinggian sana, lebih keren dan berkelas ketika kita membuat vandal dengan menampilkannya dalam bentuk laporan ilmiah. Aku baru mempelajarinya dari organisasi yang aku geluti sekarang. Disini aku belajar membuat vandal yang lebih berkelas dari sekedar membuat nama di ketinggian sana.


Pada tahun 2013, organisasi yang aku ikuti mengadakan sebuah acara yang cukup menarik yaitu Lintas Pegunungan Hyang V di Pegunungan Hyang, Argopuro. Mungkin akan banyak yang bertanya, apakah itu LPH V? LPH V yaitu kegiatan mengamati burung di Pegunungan Hyang, Argopuro. Kenapa mesti burung yang diamati? Bukankah burung itu susah dan kecil? Kenapa tidak mencari yang lebih besar? Karena burung merupakan salah satu indikator lingkungan yang tersebar luas mulai dari 0 Mdpl sampai ribuan Mdpl. Bagi yang belum pernah melakukan pengamatan burung maka akan merasa susah dan gak penting. Padahal kalau sudah terbiasa dan sering berinteraksi dengan hewan tampan bersayap ini maka akan jatuh cinta dengan keelokan bulu dan tingkah lakunya. Salah satu contohnya yaitu ketika menikmati kepakan sayap merak hijau yang sedang terbang di Cikasur.
Kegiatan ini dimulai pada tanggal 19 Juni 2013, dimana kita menegakkan langkah untuk melakukan pengamatan burung dari Plot 1 Baderan sampai plot 8 Baderan. Cukup melelahkan memang, apalagi untuk yang baru pertama kali melakukan kegiatan pendakian gunung. Kitapun memutuskan untuk beristirahat semalam di giras (mata air 1). Keesokan harinya langkahpun berlanjut menuju ke savana luas yang dikelilingi oleh bukit teletubbies yang bersanding dengan lavender ungu dan sungai qolbu, iya, Cikasur.  Sepanjang jalan yang Kita lewati adalah bukit-bukit, bahka ada yang bernama bukit cemara karena disinilah cemara bergerombol banyak, ya kalau di Semeru maka bisa dikatakan ini adalah Cemoro Kandang. Cuma bedanya disini cemaranya tidak datar seperti yang ada di Semeru tetapi menapaki punggungan bukit, sehingga terkesan lebih menantang. Disini kita menginap selama 2 malam, malam-malam yang kita lewati selalu ditemani dengan bulan purnama yang benderang. Setiap matahari kembali keperaduannya kita akan mendengarkan alunan nyanyian dari Merak yang bersahut-sahutan. Setiap petang dan sore hari kita juga akan berjumpa secara langsung dan begitu dekat dengan Merak Hijau, ditambah dengan pementasan Merak terbang menambah betah berlama-lama ditempat ini. Kita juga melakukan perjalanan ke danau merah serta gunung gilap dengan catatan kita tetap bermalam di Cikasur.

Setelah 2 malam di Cikasur kitapun kembali memacu langkah menuju ke Cisentor dan puncak Rengganis. Sebelum sampai dipuncak kita akan melewati perbukitan yang jalurnya cukup memberi pelajaran, melewati savana edelweis luas yang bernama Rawa embik, disinilah surga edelweish dari Argopuro. Edelweish disini berukuran “Jumbo” karena tingginya lebih tinggi daripada tubuh orang dewasa. Dipuncak rengganis kita bisa melihat bekas makam dewi Rengganis yang berada dipuncaknya. Dimana puncak ini berbentuk seperti kerajaan yang terbangun atas batu-batu. Dari puncak rengganis kita bisa melihat pemandangan manis yang disuguhkan oleh Argopuro. Setelah puas menikmati kemanisan Rengganis, kita kembali turun ke Cisentor untuk beristirahat melepas penat.

Keesokan harinya kita melangkah menuju ke sebuah danau indah yang dimiliki oleh Argopuro, Taman Hidup. Sepanjang jalan kita sama dengan perjalanan hari-hari sebelumnya, yaitu melewati perbukitan dan savana luas. Disavana pertama kita masih menikmati kepakan sayap merak terbang dan nyanyian merdunya. Sebelum sampai di Taman hidup kita akan bertemu dengan sebuah alas ang diberi nama Alas Cuek, dimana di dalam alas ini kita masih bertemu dengan Elang hitam dan burung-burung cantik lainnya. Setelah sampai di alas cuek maka kita akan melewati sumber air yang bernama “Aeng Kenik” yang berarti air kecil. Disini ada sedikit aliran sungai kecil yang dulunya airnya sebening mata bayi namun sayang tidak mengalir lagi. Tidak perlu menunggu berjam-jam untuk sampai ditaman hidup setelah melewati aeng kenik. Aku sudah membayangkan keindahan taman hidup yang dipenuhi bunga-bunga cantik dan rerumputan yang menjulang dan dermaga yang siap menopang kita ketika mengambil air disana. Namun bayangan tetaplah bayangan, kenyataan berkata lain. Air Taman hidup begitu keruh, jalan untuk menuju ke dermaga sudah becek dan banyak ranjau darat dimana-mana. Belum lagi dermaga yang sudah tak bertuan, tidak ada yang namanya bunga cantik dan rumput yang menjulang. Smuanya seolah kosong. Betapa sedih melihat keadaannya kini. Semuga secepatnya ada tindakan tegas dari pengelola untuk Argopuro, bukankah Argo masuk kedalam kawasan Suaka Margasatwa

Cukup semalam kita menginap di taman hidup, keesokan paginya kita sudah melepaskan kaki dari sana untuk kembali menikmati kebisingan kota beserta polusinya. Sama seperti hari sebelumnya, kita masih melakukan pengamatan burung sampai plot terakhir. Setelah sampai plot terakhir kita beristirahat sejenak lalu memacu derap langkah menuju desa terdekat yaitu Krucil untuk menunggu jemputan angkutan yang akan mengantarkan kita kembali ke kota Jember. Apakah sampai disini kegiatan LPH sudah selesai? Belum, kita masih melakukan identifikasi burung, pengolahan data dan banyak lagi kegiatan lainnya. Hingga kita menemukan adanya 99 jenis burung. Sayang sekali hasil LPH kali ini lebih sedikit daripada LPH 2009.

LPH dan Argopuro, tidak sekedar mendaki dan mengamati, tapi memintal benang merah yg sempat sedikit kusut dirumah kita menjadi kain sutra nan elok ^_^

Sabtu, 28 November 2015

Lestari Gumukku, Lestari Alamku

Gumuk adalah kata yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jember, karena Jember dulu dijuluki sebagai Kota Seribu Gumuk. Pada tahun 2005 jumlah gumuk mecapai 823, hal inilah kemudianmenyebabkan gumuk menjadi tidak spesial di mata masyarakat Jember. Seperti yang dikatakan oleh Giri salah satu aktivis #SaveGumuk, gerakan untuk melindungi gumuk-gumuk di Jember,  salah seorang temannya pernah mengatakan, ”Untuk apa melindungi gumuk jika jumlahnya masih banyak?”
Menurut Sutrisno (Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember), hanya ada dua wilayah di Indonesia yang mempunyai bentang alam berupa gumuk, yaitu di Jember dan Tasikmalaya. Gumuk memiliki perbedaan dengan bukit, kandungan antara bukit dan gumuk memiliki perbedaan yang jelas: Gumuk mengandung batu piring, pasir, batu pondasi, sedangkan bukit sebagian besar kandungannya hanya tanah biasa.

Gumuk adalah aset  kabupaten Jember, namun masyarakat yang apatis tentang hal ini membuat keberadaanya semakin terancam. Saat ini jumlah gumuk hanya sekitar  600 buah, karena terjadi banyak pengerukan, seperti pada Gumuk Tidar, Gunung Batu, gumuk di daerah Jawa VII, dan pengerukan kapur di daerah Puger. Menurut M. Farid Ma'ruf (Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik  Universitas Jember), pembangunan dilakukan karena gumuk berada pada daerah yang strategis. Hal ini juga dibenarkan oleh Hendrik, Ketua Tim Pemasaran Perumahan Istana Tidar menyatakan bahwa daerah Gumuk Tidar baik untuk bisnis properti, karena dekatdengan kampus IKIP, AKBID, POLIJE dan UNEJ.  “Pembangunan yang dilakukan pada daerah gumuk memiliki kelemahan terutama untuk masalah regulasi air, karena wilayah gumuk lebih tinggidibandingkan wilayah lainnya,” lanjut Farid. Hal yang sama juga disampaikan oleh Hendrik, pembangunan di atas gumuk memang memiliki kelemahan untuk masalah persediaan air, sehingga rumah-rumah di Perumahan Istana Tidar harus membuat sumur bor.

Banyaknya pengerukan gumuk yang dilakukan, menyebabkan bencana puting beliung pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kaliwates, Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Patrang. Menurut Hasan warga asal Kaliwates, Jember belum pernah terjadi angin puting beliung, namun sekitar tiga tahun yang lalu bencana angin puting beliung terjadi. Berdasarkan keterangan dari Giri salah satu penyebab terjadinya angin puting beliung karena hilangnya gumuk yang merupakan penahan angin.
Gumuk juga memiliki manfaat sebagai daerah resapan air, Seperti yang dikatakan Priyo, pegawai Kantor Lingkungan Hidup Jember dilansir dari Ecpose Online, "Mengkhawatirkan, kehilangan gumuk di daerah Jember dapat menyebabkan siklus banjir lima tahunan terjadi lagi, hal ini disebabkan serapan utama air yang ada di daerah Jember hilang.”
Energi untuk Mengeruk Gumuk Pemilik gumuk Gunung Batu yang bernama Mad, mengatakan bahwa akan meratakan gumuk ini. Selama proses pengerukan ini, dia menggunakan alat backhoe yang menghabiskan sekitar 60 sampai 80 liter solar per hari. Ini berarti dalam 100 hari, maka pemilik gumuk menghabiskan 6000 liter solar hanya untuk satu gumuk. Menurut Mad, Gunung Batu itu akan dibuat perumahan untuk anak dan cucunya kelak yang hanya berjumlah 8 orang.
Penggunaan bahan bakar solar diketahui ikut menyumbang gas CO2 yang turut memicu pemanasan global. Solar juga berasal dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui. Dampak ini tidak sebanding dengan manfaatnya mengingat perumahan hanya akan dihuni oleh beberapa orang saja.

Perataan gumuk untuk memenuhi kebutuhan hunian manusia terlihat tidak efektif. Pengerukan gumuk dapat mengubah topografi tanah mengakibatkanputing beliung maupun berkurangnya ketersediaan air.
By : Novitariyani Hasanah & Hidayatul M

Selasa, 01 September 2015

#Mozaik 2 Menuju Mata Air Pertama (Masih Mencari Danau Merah)

Pagi ini kami masih berada di peradaban dimana ketika kita menengok keluar masih menemukan manusia-manusia beserta kegiatannya. Hari ini akan menjadi hari terakhir kami bertemu dengan manusia dan kegiatan normalnya sebelum kami menjejakkan kaki di argopuro menuju ke pos pertama kita. Mata air satu, giras. Pukul 04.00 WIB smua anggota rombongan sudah dibangunkan untuk memasak dan persiapan sholat, walaupun masih saja ada yang membandel tidak bangun karena merasa tidak memiliki tugas memasak ataupun sholat. Namun pukul 05.30 WIB smua terjaga dari kemalasannya dan semangat buat menyantap menu sarapan pagi ini.

Ketika smua sudah mengisi tenaga untuk kegiatan pagi ini hal berikutnya yang dilakukan yaitu senam sederhana sebagai pemanasan dan peregangan untuk mempersiapkan fisik menapaki tanjakan. Hal berikutnya yang dilakukan yaitu packing, berdoa dan foto bersama. Foto kali ini tidak hanya dilakukan dengan bapak penjaga resort saja tetapi juga dengan saudara-saudara dari Palmstar dan MAPALA dari Palembang. Setelah dirasa pengabadian momentnya sudah cukup maka kamipun bersalaman dengan bapak penjaga resort beserta isinya sebagai tanda pamitan kita serta iringan doa dari bapak dan ibu agar kami smua selamat sampai turun nantinya. Dan perjalanan menuju mata air pertamapun dimulai. Pioner untuk hari ini adalah Cumel dan Mas Darong sebagai Sweeper.

Perjalanan kami diawali dengan jalan yang merangkak naik disertai pemandangan perumahan dan persawahan. Ada yang berbeda dari persawahan penduduk kali ini, kalau dulu aku hanya melihat tanaman jagung dan padi maka kali ini menemukan tembakau sangatlah mudah bahkan bisa dikatakan melimpah. Kami berangkat bersama dengan saudara-saudara OPA lain. Setelah berjalan sekian menit kamipun beristirahat di dekat tanjakan dan dam. Dan kembali berjumpa dengan teman-teman OPA lain tersebut.  Mereka memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu dan memilih jalan yang berbeda dengan kami (karena memang sekarang banyak percabangan). Baru beberapa meter melangkah salah satu anggota sudah mengalami hambatan yaitu pusing yanng disertai rasa mual. Tidak hanya satu orang tetapi 2 orang (Tensi dan Asep) dan smuanya adalah perempuan. Maklum saja, ini adalah pengalaman pertama mereka naik gunung. Bahkan asep hingga muntah-muntah dan carriernya sempat dibawakan oleh sang sweeper. Keadaan Tensi masih bisa dikatakan lebih baik karena dia masih mampu membawa carriernya sendiri hingga tempat peristirahatan pertama kami walau dengan langkah kecil-kecil.

Aku sudah membayangkan akan mengisi botol minumku di tempat peristirahatan pertama kami, namun sayang bayang tinggal bayangan. Air ditempat peristirahatan pertama ternyata tidak mengalir akhirna aku, Jubir dan Kram harus mengisi pundi-pundi kesabaran dengan menadah air untuk dimasukkan kedalam botol-botol kosong dengan menggunakan daun pisang serta daun talas. Bukan hanya botol kami pribadi yang diisi tetapi botol-botol kosong peserta lainnya. Setelah acara mengisi botol selesai kamipun beristirahat sejenak sambil menikmati suguhan pemandangan persawahan khas pegunungan beserta punggungan-punggungan yang seolah-olah menarik kami untuk segera menikmati keindahan lain. Dibelai lembutnya angin pegunungan disertai rimbunnya pohon yang menaungi kami memaksa kami tanpa sadar menghilang dan melepaskan sejenak kelelahan yang telah mulai terasa dengan terlelap.

5 menit kemudian sayup-sayup terdengar suara orang mengembalikan kealam nyata. Bersiap melanjutkan perjalanan, menapaki tiap jengkal tanah yang menanjak. Beberapa meter melangkah kembali ada yang merasa gak enak badan, kali ini bukan asep dan tensi lagi tapi Kram dan Tensi. Sepertinya asep sudah mampu mengembalikan kekuatan dirinya secara perlahan dan menyesuaikan tubuhnya dengan lingkungan sekitar (aklimatisasilah).

Langkah kakipun berjalan dengan perlahan, ketika kondisi Kram tidak kian membaik bahkan sampai memuntahkan apa yang masuk kedalam mulutnya hingga membuatnya kehilangan banyak tenaga, bahkan untuk sekedar berdiri butuh kekuatan ekstra. Akhirnya aku, kram dan sang sweeper terpisah dari rombongan. Sang sweeperpun harus bekerja ekstra untuk bolak balik mengangkat carrier, bahkan terkadang harus membawa 2 carrier sekaligus ketika berjalan (Wahhhhh....).

Sampai sang surya tenggelam dan mentari kembali keperaduannya kami bertiga masih jauh dari tujuan, masih ditengah hutan yang berselimutkan hitam tanpa hiasan gemintang. Langkah kaki masih perlahan dan kode-kode masih terus di dengungkan. Tak terasa ada suara yang menyahut. Vivo....

Ternyata ada Mentelek dan Tensi yang masih tertinggal dibelakang. Merekapun bercerita tentang kisah mereka. Dimana mereka berjalan kedepan hingga jauh namun karena tidak menemukan jejak sepatu (mungkin tersapu kabut tadi) maka mereka memutuskan untuk kembali turun dan menemukan 2 tas carrier yang tergeletak tak bertuan di pinggir jalan dan mereka yakin bahwa itu adalah carrier orang yang mereka kenal. Setelah beristirahat melepas penat maka diambillah keputusan bahwa aku dan mentelek yang akan berjalan terlebih dahulu untuk meminta bantuan sodara yang sudah dulu sampai di giras (kami yakin saudara yang lain sudah sampai disana). Akhirnya aku berangkat dengan membawa carriernya mas Darong yang berisikan dome, konsumsi cadangan, perlengkapan pribadi dll sedangkan mentelek berangkat dengan membawa carrierku yang berisikan perlengkapan aplikasi (mackinon, binoc dll), perlengkapan pribadi dan membawa carriernya Jubir (berisi konsumsi dan perlengkapan pribadi). Untung saja jalannya tidak terlalu menanjak seperti sebelumnya atau mungkin karena ini malam hari makanya tanjakan tak terasa dan tak terlihat? Entahlah yang ada difikiranku saat itu adalah segera bertemu dengan sodara-sodara yang digiras.

Namun sayang Mentelek mengalami kram kaki sejak tadi siang dan akupun sepertinya sudah merasa lelah berjalan dari jam 08.00Wib hingga malam ini jam 19.00 WIB belum juga berakhir. Kamipun berjalan namun dengan persyaratan kami beristirahat apabila dirasa kaki mentelek sudah minta diistirahatkan. Kami menyeruak diantara semak-semak yang basah terkena cumbuan kabut tadi sehingga menyebabkan basah pada celana dan baju kami. Sebelum sampai di mata air satu aku dan mentelek telah bertemu dengan para lelaki gerombolan kami yang sudah meletakkan tas carriernya di tempat camp tujuan hari ini (Mas gopek, Magadir, Cumel dan Semar). Mereka membawa air minum dan teh hangat dna menawarkannya padaku dan mentelek. Setelah kami minum beberapa teguk maka mereka melanjutkan langkah dibelakang kami dan beruntunglah Mentelek karena ada Cumel yang membawakan 1 carrier yang dia panggul dan berjalan mengikuti kami. Sedangkan ketiga lelaki yang lainnya menuju ke Tensi, Kram dan mas Darong.
Aku, Cumel dan Mentelek segera berjalan kedepan, beberapa meter didepan kami adalah camp yanng telah kami tuju. Terlihat cahaya didepan kami dan sayup-sayup suara orang yang sedang berbincang-bincang. Sesampainya kami disana telah terhidang teh dan kopi hangat. Kami letakkan carrier pada tempatnya dan mengeluarkan isinya untuk diletakkan ditempatnya pula. Setelah itu kegiatan membantu memasakpun dilakukan sambil menunggu yang dibelakang kami datang. Ketika gerombolan dibelakang datang maka segeralah kami menyeduh teh hangat untuk Kram dan kopi untuk yang lainnya. Krampun langsung masuk kedalam tenda peristirahatan ditemani oleh seorang wanita.

Setelah masakan selesai dan terhidang secara merata maka acara makan malampun dimulai, spesial buat kram makan malamnya adalah bubur (beras dicampur gula merah). Sayang hanya dimakan beberapa suap saja, tapi Alahamdulillah tidak kembali dimuntahkan. Selesai makan malam maka acara selanjutnya yaitu evaluasi kegiatan hari ini dan briefing untuk kegiatan esok hari. Hampir tengah malam ketika acara evaluasi dan briefing selesai dan kami mempersiapkan diri untuk mengistirahatkan tubuh agar segar esok hari. Kali ini kita membuka 4 tenda, 1 untuk istirahat para srikandi, 2 untuk beristirahat para arjuna da 1 untuk tempat barang. Malam ini kita beristirahat dengan penuh peluh siang tadi dan dipeluk impian serta harapan keindahan esok hari.
#SelamatBeristirahatParaPejalanPenuhPelajaran ^_^

Selasa, 18 Agustus 2015

#Mozaik 1 Pencarian Danau M...h (DIKJUT 31 dan PM 30 MPS, Argopuro)

Pagi ini masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Disibukkan dengan persiapan keberangkatan ke argopuro untuk penelitian di Danau M.... Kali ini yang berangkat adalah angkatan 27 2 orang, 28 1 orang (sekaligus prwakilan pengurus), 30 1 orang dan 31 sebanyak 8 orang. Kegiatan ke argopuro kali ini berbeda dengan pendakian sebelumnya, selain karena kita akan melakukan analisa vegetasi dan pengamatan burung di danau M... juga akan melakukan analisa air di sungai qolbu serta sosmas di desa Baderan dan Bremi. Dimana acara anveg, anir dan PB merupakan aplikasi dari diklat lanjutan angkatan 31 MPS. Untuk kegiatan sosmas merupakan kegiatan dikjut 31 dan PM angkatan 30.

Setelah semalam memasukkan smua barang yang perlu dibawa kedalam tas carrier maka pagi ini kegiatannya yaitu melengkapi smua keperluan yang kurangserta melakukan gladi bersih dan pelepasan oleh PD III Faperta UNEJ. Setelah selesai sholat jum’at, sekitar pukul 13.00 WIB gladi bersih siap dilaksanakan, dimulai dengan pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan kode etik pencinta alam, sambutan-sambutan hingga pelepasan dari pihak dekanat menjadi serangkaian obat penguat bagi tim yang akan berangkat.

Pukul 14.30 WIB resmilah kami dilepas oleh pihak fakultas, pembina dan saudara-saudara MPS meninggalkan fakultas dan sekret tercinta selama kurang lebih 7 hari dengan menggunakan truck. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam  dan melewati perjalanan yang berkelok-kelok sampailah tim di resort Baderan. Sesampainya disana kami membagi tugas, ada yang menurunkan barang dari truck, menempatkan barang di dalam resort dan melakukan registrasi kepada pihak resort. Setelah smua barang tertata maka hal selanjutnya yaitu memasak. Dimana menu pertama kami adalah oseng-oseng sawi dan gorengan tempe. Cukup sederhana namun nikmatnya tiada tara.

Sebelum tim memasak menuntaskan tugasnya aku dan adikku ABG berpamitan untuk meningalkan resort demi menggali informasi mengenai kehidupan masyarakat di Desa Baderan dan informasi lain yang diperlukan demi menunjang kegiatan PM (Program Mandirinya). Tujuan awal kami yaitu rumah ibu kepala desa. Tidak susah untuk menemukan rumah ibu kepala desana karena informasi yang diberikan oleh Bapak Sus selaku penjaga resort Baderan cukup jelas dan rumah dari ibu kepala desa dipinggir jalan serta terlihat paling berbeda dibandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya. Ketika kami bertamu kebetulan Ibu sedang berada di depan rumah dan berbicara dengan seorang bapak-bapak (entah apa yang dibicarakan). Sang bapakpun undur diri dan kami dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh sang Ibu, selain itu dijamu pula dengan kue M.N.E dan segelas air aqua (terimakasih Bu). Kamipun memperkenalkan diri dan mengutarakan maksut dan tujuan kedatangan kami kerumah Ibu kepala desa. Sang ibupun setuju untuk bekerjasama dengan kami maka dimulailah sesi penggalian informasi. Setelah cukup lama maka kamipun pamit undur diri karena masih harus mencari informan lain dimana sebelumnya kami bertanya tentang siapakah kiranya orang yang bisa dimintai informasi oleh kami.

Setelah diberitahu oleh sang Ibu kepala desa kami menuju rumah yang dimaksutkan oleh beliau, sayang sekali rumah yang dimaksut sang ibu telah mematikan lampu dan menutup rapat pintunya (padahal sebelumnya banyak orang disana, maklum kan warung). Kamipun mencoba untuk mencari informan lain sampai kami naik keatas melewati resort ditengah jalan kami bertemu dengan adi-adik kami angkatan 31 yang akan menggali informasi pula, langkah kamipun tetap terpacu untuk naik ternyata kami mendengar suara ramai, seolah mendapat seberkas cahaya, namun sayang ternyata adalah sebuah langgar yang berisi anak-anak kecil berlajar mengaji dan bermain. Kamipun kembali turun berusaha untuk mencari informan lain. Setelah berjalan turun cukup lama kami menemukan sebuah warung yang masih terbuka dimana ada sepasang suami istri di dalamnya. Kami bermaksut mencari informasi kepada bapak yang baru saja keluar dari warung (karena di dalam ada adik-adik kami), setelah memperkenalkan diri dan mengatakan maksut dan tujuan kami maka bapak yang kami mintai informasi seolah menjawab dengan menyembunikan sesuatu akhirnya kamipun undur diri dan mencari informaqn lain.

Kami masih memacu langkah kebawah, dirasa tidak ada yang bisa dimintai informasi maka kamipun naik kembali ke atas dan kami menemukan sebuah rumah yang pintunya sedikit terbuka maka kamipun menuju kerumah tersebut, ternyata rumah seorang dokter. Sayang rumah ini kurang tepat untuk dijadikan informan PM ABG maka kamipun mengurungkan niat yang sudah kami bangun, untuk kami belum putus asa. Jalan yang menurun kembali kita ikuti dan kami membelokkan langkah disebuah warung sosis dimana ada dua orang laki-laki, seorang ibu-ibu penjual sosis dan adik-adik kami disana. Kami ikut nimbrung, siapa tahu bisa menambah informasi. Kamipun tak lupa membeli sosis sebagai alasan kami bertahan disana. Karena dirasa cangkrukan ini tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan Abg maka kami mengangkat kaki darisana mencari rumah lain.

Kami langkahkan kaki kembali keatas. Melihat ada bapak yang sedang memainkan hp di ruang tamu rumahnya kamipun mencoba untuk mengetuk pintu rumahnya. Ternyata sang ibu yang membukakan dan mempersilahkan kami untuk duduk. Kamipun melakukan ritual yang biasanya, memperkenalkan diri, mengatakan maksut dan tujuan serta mempertanyakan ketersediaan bapak sebagai informan. Alhamdulillah sang bapak mau dan bersedia. Kebetulan pekerjaan sang bapak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ABG. Seperti mendapat intan yang tak diduga. Informasi didukung pula dengan pernyataan dari sang Ibu. Setelah dirasa smua informasi yang dibutuhkan terjawab maka kamipun undur diri (selain waktu yang sudah malam).
Kami meninggalkan rumah bapak tersebut dan menemui adik-adik kami. Setelah cukup lama kami berbasa-basi dengan adik-adik kami maka kami memutuskan untuk kembali ke resort terlebih dahulu karena cacing di usus kami sudah berteriak-teriak tidak karuan. Sedangkan adik-adik kami sudah mengisi perut sebelum berangkat menggali informasi. Sesampainya di resort kakak kami masih mengobrol dengan petugas resort. Kami membuka makanan yang memang disisakan untuk kami (nasi, oseng sawi dan 4 buuah tempe, dimana 1 tempe telah dibawa kucing, akhirnya kami mendapat 3 tempe). Awal makan terasa nikmat setelah sekian kali suapan maka kami merasa pahit pada sawinya. Yang akhirnya makanannya tidak kami habiskan karena sudah mulai terasa pusing dikepala (entah efek sawi pahit atau mabuk perjalanan). Acara makanpun selesai, kami berdua ikut berbincang dengan bapak penjaga resort sambil menunggu adik-adik kami pulang. Sekian menit duduk mendengarkan cerita dari bapak penjaga resort adik-adik kami kembali. Maka dimulailah acara selanjutnya yaitu evaluasi kegiatan. Ketika acara evaluasi berlangsung ternyata resort kedatangan tamu lain malam ini, yaitu MAPALA dari Palmstar dan Palembang. Kamipun berbagi tempat malam ini. Setelah evaluasi kegiatan selesai kamipun menata tempat tidur malam ini, dimana anak-anak MPS tidur di dalam kamar sedangkan 5 orang tamu tidur di dalam ruang sebelah kami dna 2 orang diluar karena tempat yang tidak cukup. Setelah smua dirasa aman maka kami mulai menapaki tangga mimpi malam ini. Mimpi tentang keindahan perjalanan argopuro esok hari dan harapan segera bertemu dengan Danau M.... impian bersama.

Kamis, 25 Juni 2015

Berkenalan dengan Vegetasi Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Hyang, Argopuro

    Kawasan Pegunungan Yang, walaupun merupakan satu kesatuan ekosistem pegunungan namun mempunyai dominansi vegetasi yang berbeda antara satu tipe dengan tipe yang lain. Secara garis besar tipe ekosistem dan dominansi vegetasi di Kawasan Pegunungan Yang terbagi atas :
1. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Tinggi, ekosistem ini berada pada ketinggian diatas 2000 mdpl dengan jenis vegetasi dominan Myrica javanica, Myrsine avenis, Vaccinium caringaefoium, Podocarpus umbricatus, Albizia lophanta, Lithocarpus sp, Scheffera rugosa, Englhardia spicata danMelastoma pachyphyllum.
2. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah, ekosistem ini beradapada ketinggian antara 1200-1900 mdpl dengan jenis vegetasi dominan Eugenia spercula, Elaocarpus pierce,Weinmania blumei, Astronia spectabilis, Schefflera rugosa. Pada lantai hutan didominasi oleh jenis-jenis dari famili zingiberaceae dan Ephiphytes.
3. Ekosistem Hutan Cemara ekosistem hutan cemara merupakan bentuk ekosistem klimaks yang telah mengalami proses suksesi sekunder karena gangguan alam, seperti letusan vulkanik dan tanah longsor. Pada lantai hutan di dominasi oleh tumbuhan herba pegunungan, antara lain Euphorbia javanica, Poligonum chinense, Pteridium sp, dan Elsholzia pubescens, sedangkan pada batang cemara banyak didominasi famili Ephiphyte,terutama dari jenis Dendrobiumhasselti.

4. Ekosistem Savana,ekosistem savana berkembang karena ekosiste hutan limaks mengalami kebakaran hebat secara berulang-ulang, sehingga ekosistem ini didominasi oleh jenis Imperta cylindrica, Pennistum alopecurodies,Euphorbia sp, dan Pteridium sp.
5. Ekosistem Rawa, ekosistem rawa hanya dijumpai di danauTaman Hidup dengan jenis tanaman herba yang mendominasi antara lain Alchemilia villosa, Eriocaulon sollyanum,Rynchospora rungosa, Cares sp, Cyerusflaidus, Oeennantjhe javanica, dan Scirpusspp.
6. Ekosistem Hutan Tanaman, ekosistem ini merupakan ekosistem yang berkembang karena campur tangan manusia dengan jenis dominansi yang ditanam, antara lain Agathislorantifolia, Pinus merkusii, Maesopsis sp, Caliandra dan Coffea spp.Pada kawasan yang berlereng curam banyak ditumbuhi jenis Euphatorium sp dan Tremaorientalis.
            Kawasan Pegunungan Yang selain memiliki keragaman jenis ekosistem jug memiliki keragaman jenis tumbuhan dan yang telah teridentifikasi sebanyak 127 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 56 Famili (BKSDA JaTim II, 2003). Jenis tumbuhan yang mendominasi KawasanPegunungan Yang terdiri atas 10 Famili, mulai dari strata pohon sampai tumbuhan bawah. Pada strata pohon dan tiang didominasi oleh 5 Famili yaitu Casuarinaceae, Fagaceae, Jugladaceae,Lauraceae, dan Myrtaceae. Pada strata pancang dan semak didominasi oleh 2 Famili, yaitu Asteraceae dan Casuarinaceae. Pada strata tumbuhan bawah didominasi oeh 3 Famili yaitu Balsaminaceae, Cyperaceae dan Urtilaceae.
            Kawasan Pegunungan Yang juga memiliki keragaman jenis tumbuhan obat, hasil inventarisasi BKSDA Jatim II padatahun 2003 menyebutkan bahwa tumbuhan obat yang dijumpai di kawasan PegununganYang meliputi habitus pohon (3 jenis dan 4 famili), herba (26 jenis dan 20famili), semak (6 jenis dan 6 famili), memanjat (2 jenis dan 2 famili), rumpur(1 jenis dan 1 famili), liana (2 jenis dan 2 famili), epifit (2 jenis dan 2famili), lumut (1 jenis dan 1 famili) dan paku ( 2 jenis dan 2 famili). Bagian tumbuhan yang berkhasiat obat meliputi bagian batang, daun, akar, cabang, rimpang, bunga, biji, buah, getah, kulit batang, herba atas, herba akar, herba biji, herba buah dan herba tunas.

            Jenis tumbuhan berkhasiat obat yang telah teridentifikasi meliputi Achyranthesbidentata (Jarong Redeta), Alyxiareinwardtii (Pulasari), Amomummaximum (Resah), Aqeratum conyzides (Babadotan),Asplenium nidus (Pakis Menjangan), Blumea lacera (Luntas), Borreria articularis (Gempur Batu), Budleija asiatica (Kapuran), Centella asiatica (Kaki Kuda, Kupingan),Coleus spp (Jinten), Curcubita sp (Labu Merah, Waluh), Curculigo orchiodes (Kokrok), Cyperus rotundus (Rumput Teki), Debregeasia spp (Lam-alaman), Derris elliptica (Tuba), Eclipta prostata (Urang-aring), Elephantropus scaber (Tapak Liman), Equisetum debile (Rumput Betung), Eupatorium riparium (Tekelan), Glocidion spp (Marame Alas), Heliotropium indicum (Buntut Tikus), Hyptis suaveolens (Basinan), Impatiens sultanis (Pacar Sereh,Letisan), Imperata cylindrica (Alang-alang),Lantana camara (Tembelekan), Melastoma malabaricum (Harendong), Nephrolepis hirsutula (Paku Sisir), Oxalis corniculata (Calincing, Kecutan),Paederia scadens (Simbukan), Physalis angulata (Ciplukan), Plantago lanceolata (Daun Sendok), Polygonum spp (Cilut-cilutan, SalahNyowo), Pychotria spp (Akar Dandar), Rubus molucanus (Beberetean), Schefflera elliptica (Kayu Tangan), Scrobilathes sricpus (Daun PecahBeling), Smilax glauca (Gadung Cina), Solanumnigrum (Ranti), Sonchus arvensis (Tempuyung), Stachytarpeta jamaicensis (PecutKuda), dan  Usnea spp (Kayu Angin).

Sumber:
Soedradjad, R. 2005. Ekologi Kawasan Pegunungan Yang. Jember. MAPENSA.

Purwanto,Ali. 2005. Pengelolaan Suaka MargasatwaDataran Tinggi Yang. Jember. MAPENSA.

MAPENSA.2005. Sosialisasi Data Lintas PegununganYang V. Jember. MAPENSA.

Rabu, 24 Juni 2015

Mengenal Kawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang, Argopuro


Secara geografis kawasan SuakaMargasatwa Dataran Tinggi Yang terletak diantara 7o56’45”-7o41’22”LS dan 112o38’38”-112o39’11” BT. Berdasarkan ketinggiantempatnya, kawasan ini terletak pada ketinggin antara 1900-3088 mdpl. Luaskawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang yang berdasarkan Surat KeputusanMenteri Pertanian Agraria No. SK/12/PA/1962 tanggal 5 Mei 1962 adalah 14.145Ha. Namun berdasarkan pengukuran penataan batas pada tahun 1986, luas kawasanSM. Dataran Tinggi Yang menjadi 14.177 Ha dan ini diperkuat dengan suratKeputusan Menteri Kehutanan No. 680/Kpts-II/1990 tanggal 19 November 1990.
            Peraturan daerah Propinsi Jawa TimurNo. 4 tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat IJawa Timur tahun 1996/1997-2011/2012 ddan Surat Keputusan Menteri Kehutanan danPerkebunan No. 417/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 mempertegas bahwa kawasanArgopuro atau Dataran Tinggi Yang adalah KAWASANKONSERVASI.
            Kawasan Pegunungan Yang terbagi menjadi tiga tipe iklim menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt & Fegusson,yaitu tipe iklim B untuk kawasan sebelah selatan, tipe ikli C untuk kawasansebelah barat dan timur, dan tipe iklim D untuk kawasan sebelah utara. Suhuberkisar antara 3o-10oC pada malam hari dan antara 17o-27oCpada siang hari, kondisi ini relatif dingin mengingat kawasan Pegunungan Yangmempunyai ketinggian 3000 mdpl.
            Secara administrasi pengelolaanKawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terbagi menjadi dua bagian yaitubagian barat dikelola oleh Resort KSDA Probolinggo Timur yang berada dalamwilayah Seksi Konservasi Wilayah I probolinggo. Sedangkan Suaka Margasatwabagian timur dikelola oleh Resort KSDA Situbodo Barat yag berada dalam wilayahkerja Seksi Konservasi Wilayah II Jember. Kedua Seksi Konservasi tersebut beradadibawah Balai KSDA JaTim II.
            Kawasan Pegunungan Yang seluas14.177 Ha, secara administratif masuk kedalam 4 wilayah pemerintah kabupaen,yaitu kabupaten Situbondo (seluas 1.085 Ha), Probolinggo (seluas 7.452 Ha),Jember (seluas 4.365 Ha), dan Bondowoso (seluas 1.275 Ha). Kawasan yanglangsung berbatasan dengan Pegunungan Yang adalah 6 wilayah pemerintahan Desa,yaitu desa Baderan Kec. Sumber Malang Kab. Situbondo, desa Bremi Kec. KrucilKab. Probolinggo, Desa Pakis dan Desa Kemiri, Kec. Panti Kab. Jember, DesaManggisan Kec. Tangguk Kab. Jemberm dan Desa Pakuniran Kec. Maesan Kab.Bondowoso.


            Secara umum vegetasi Pegunungan Yangtermasuk kedalam vegetasi hutan hujan tropis dataran tinggi. Beberapaekosistemnya antara lain ekosistem savana yang terkenal adalah alon-alon besar(Cikasur), danau/rawa (Taman Hidup, Danau Tunjung), dan hutan hujan tropisdataran tinggi (hutan cemara, edelweis). Jenis fauna yang banyak dan mmudahdijumpai adalah rusa timor, babi hutan, burung merak, ayam hutan, elang, lutungjawa, dan berbagai jenis burung berkicau. Sementara jenis fauna lainnya adalahmacan tutul, ular, kijang dan macan hutan.

Sumber:
Soedradjad,R. 2005. Ekologi Kawasan Pegunungan Yang.Jember. MAPENSA.

Purwanto,Ali. 2005. Pengelolaan Suaka Margasatwa DataranTinggi Yang. Jember. MAPENSA.

MAPENSA.2005. Sosialisasi Data Lintas PegununganYang V. Jember. MAPENSA.